Dikotomi Dalam Dunia Pendidikan Kita
Islam memandang bahwa
ilmu merupakan suatu konsep satu kesatuan (unity of knowledge)
yang integral, yang bersumber dari Allah SWT. Maksudnya adalah di dalam
pandangan Islam itu tidak dikenal adanya istilah pembelahan (dikotomi) dalam
sistem pendidikan yaitu dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan non agama dalam hal
ini adalah ilmu-ilmu yang bersifat umum (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Tujuan pendidikan dalam Islam tidak hanya bermaksud untuk mentransfer ilmu
pengetahuan saja, melainkan adanya suatu proses mentransfer nilai-nilai (value)
yang terkandung dalam ajaran Islam itu sendiri. Orientasi dari pendidikan itu
sendiri adalah pada nilai. Pendidikan tidak boleh hanya sekedar transfer ilmu
pengetahuan dan keahlian fungsional. Pengembangan jati diri dan kemampuan
mengkritisi serta menyalurkan nilai-nilai bersama (kerja keras, kedisiplinan,
kebersamaan, kesederhanaan, keadilan dan kejujuran) yang harus dipraktekkan merupakan
hal yang tidak kalah pentingnya dalam pendidikan.
Melalui konsep seperti
inilah (unity of knowledge),
dunia peradaban Islam mampu mencapai puncak kejayaan pada masa abad
pertengahan. Dan pencapaian puncak kejayaan ini dapat dirasakan dalam segala
bidang yaitu politik, budaya, sains, filsafat dan ekonomi serta pendidikan. Dalam
bidang pendidikan dapat dirasakan dengan adanya kemunculan para intelektual
muslim di dunia Islam. Tetapi sayangnya kehadiran mereka ini tidak mampu
berkembang hingga saat ini, hal ini menunjukkan adanya kemacetan kegiatan dalam
pengembangan pemikiran Islam di waktu yang panjang.
Adanya kemacetan kegiatan
dalam pengembangan pemikiran Islam ini menunjukkan bahwa kaum Islam ternyata
masih dalam keadaan yang kurang bersemangat dan terbatas. Dengan adanya
keterbatasan dan kekurangan inilah yang mampu
memberikan dampak negatif bagi segala bidang kehidupan. Baik itu
politik, budaya, sains, filsafat dan ekonomi hingga pendidikan. Dampak negatif
dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari munculnya konsep pembelahan
(dikotomi) dalam sistem pendidikan.
Pembelahan (dikotomi)
dapat dilihat dari munculnya dualisme sistem pendidikan pada negara Islam itu
sendiri. Yaitu sistem pendidikan keagamaan dengan segala variasi dan
implikasinya dalam pembentukan wawasan intelektual keislaman umat dan sistem
pendidikan sekuler dengan segala dampak dan akibatnya dalam pandangan keagamaan
kita. Dualisme dikotomi ini kemudian diperkuat oleh sistem penjajahan Barat atas
dunia Islam dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Sistem semacam
ini, secara keilmuan telah menciptakan dikotomisasi dan antagonisasi berbagai
cabang ilmu.
Jika sistem sejenis ini
berlangsung dalam dunia pendidikan Islam maka akan mampu menciptakan
individu-individu yang pecah (split of personality). Yaitu
pribadi intelektual yang memahami ilmu-ilmu keagamaan tetapi tidak mempunyai
pemahaman tentang adanya kemajuan teknologi yang sedang berkembang saat ini,
yang memberikan dampak pada ketidakmampuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi
adanya persaingan yang ketat dalam dunia yang serba canggih. Dan sebaliknya,
adanya pribadi intelektual yang mampu menguasai dan menghadapi adanya
perkembangan yang serba modern dan maju dengan baik, tetapi dalam dirinya tidak
memiliki pemahaman ilmu-ilmu keagamaan dengan baik.
Hal semacam ini dapat
dipecahkan dengan adanya pembaruan dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan
Islam. Dengan menyiapkan sumber daya manusia terutama menyangkut aspek
emosional, spiritual, kreativitas dan moral disamping aspek intelektualnya.
Sehingga ke depan mampu menyeimbangkan pemahaman ilmu-ilmu keagamaan dengan
pemahaman tentang kemajuan teknologi yang sedang berkembang saat ini ditengah
adanya percepatan arus informasi dan globalisasi. Sebagaimana yang telah diformulasikan
dalam pola pendidikan di SDIT Salsabila Klaseman, dengan motto Cakap, Cendekia
dan Berakhlak Mulia. Dengan harapan SDIT Salsabila Klaseman mampu melahirkan
anak didik yang memiliki kemampuan intlektual dan spiritual yang seimbang,
yaitu mempunyai pemahaman ilmu keagamaan dengan baik serta memiliki kemampuan
dan kesiapan menghadapi perkembangan tehnologi yang modern dan maju. Semoga
nantinya ilmu yang didapatkan akan bermanfaat dan penuh barokah. Amin.
Oleh:
Rini Widyastuti (Staf Pengajar SDIT
Salsabila 2 Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar