Pentingnya Hafal Bacaan & Gerakan
Sholat diwaktu kecil
“Ayah..... aku ikut ke masjid ya...”suara
rengekan Faiz (usia 5 tahun) kepada
ayahnya. “Jangan dirumah saja, adik masih kecil, besok saja kalau sudah besar
baru boleh ikut ke masjid” jawab ayahnya. Dihari berikutnya, Faiz (anak
laki-laki) mengucapkan pertanyaan yang sama, “Ayah mau kemana?”. “Ayah mau
sholat ke masjid” jawab ayahnya. “Ayah Aku ikut ya...” tanya Faiz. “tidak
boleh, adik masih kecil”, jawab ayahnya. Dihari berikutnya Faiz melontarkan pertanyaan
yang sama dan ditanggapi yang sama pula oleh ayanya, yaitu tidak mengizinkannya
ikut ke masjid.
Kalimat jawaban yang diucapkan seorang ayah kelihatannya
sepele tetapi mempunyai akibat yang besar terhadap perkembangan pola pikir anak
dikemudian hari. Karena dengan pertanyaan sama yang selalu diulang dan mendapat
respon yang sama (negatif) akan membawa pada pikiran anak menjadi berhenti
bertanya yang berakibat pada bentuk perilaku. Maka, jangan salahkan anak jika
diusia dewasa menjadi enggan atau bahkan malas ke masjid. Bisa jadi ini adalah
satu tanaman yang pernah dilakukan orang tua tanpa disadari. Kita wajib
berhati-hati dengan tutur kata terlebih perilaku ibadah.
Anak Usia Antara 4-6 Tahun
Pada periode ini, anak melakukan
orientasi pada lingkungan sekitarnya dengan cara mengamati, menanyakan, dan
terkadang langsung mencoba. Terkadang orang tua merasa capek menanggapi
pertanyaan anaknya, yang menurut orang dewasa hal itu tidak perlu
dipertanyakan, tetapi bagi anak itu sangat berharga dan hanya ingin mendapatkan
respon positif dari orang dewasa disekitarnya. Oleh karena itu berikanlah
pengalaman-pengalaman yang positif yang akan disimpan dalam memori anak untuk
perkembangan berikutnya.
Anak Usia Antara 6-7 Tahun
Periode ini, anak perlu mulai diajarkan
sholat sebelum dia masuk dalam koridor perintah dan larangan. Anak pada usia
ini senang mengikuti tingkah laku orang tuanya, maka sebenarnya sangat mudah
untuk menyuruh anak sholat jika tiap hari orang tuanya memberi contoh dan
mengajaknya untuk sholat berjama’ah. Maka dari itu, kita harus menjadi panutan
yang baik. Buatlah anak kita menyukai kita, niscaya dia pun akan menyukai
tingkah laku kita.
Apabila anak melihat ibunya sedang
menunaikan sholat, anda akan mendapati anak tersebut mengikuti ibunya. Maka
dari itu hendaknya seorang ibu memotivasi anak agar menunaikan sholat.
Oleh karena itu, segala bentuk ibadah
pada periode ini kebanyakan masih berada dibawah pengaruh taklid (ikut-ikutan)
atau sekedar ingin didukung. Artinya anak sedang mendapatkan dukungan psikis
dari orang dewasa, jadi anak pantas mendapatkan penilaian, pujian, dan bukan
sebaliknya.
Sebagai contoh, terkadang kita
menjumpai sebagian anak berpura-pura sedang menunaikan sholat ketika melihat
ayah atau ibunya datang. Sebab anak itu tahu kalau ayah atu ibunya pasti senang
melihat anaknya melakukan kebaikan. Dengan demikian orang tua perlu memberikan
dukungan moral untuk anak. Jangan berpura-pura tidak tahu menahu tentang itu.
Berikanlah sanjungan & pujian kepadanya serta berikan hadiah ataupun
cenderamata.
Kaidah Syari’at telah menunjukkan tata cara mengajarkan anak beribadah.
Hal ini seperti yang terdapat dalam sebuah hadist Rosulullah SAW. Dari Amru bin
Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata Rosulullah SAW. Bersabda :
“ Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan sholat
ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (kalau meninggalkan sholat
dengan sengaja) ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka...” (H.R Ahmad)
Terkadang
orang tua menganggap “tidak masalah” anak usia TK atau SD belum
melaksanakan sholat. Rata-rata orang tua mempunyai anggapan hal tersebut biasa
pada anak-anak karena belum tahu pentingnya sholat. Hal ini akan menjadi
problem besar jika dibiarkan sejak dini tidak terbiasa melaksanakan sholat.
Banyak murid-murid tingkat SMP/SMA bahkan Perguruan Tinggi yang beragama muslim
tapi tidak melaksanakan sholat dengan tertatur, parahnya lagi “belum”
hafal bacaan dan gerakan sholat.
Menjadi
keprihatinan besar bagi keluarga muslim, yang anaknya sampai pada usia baligh
tapi belum bisa dan belum terbiasa melaksanakan sholat lima waktu. Hal yang
pertama kali dipertanyakan adalah adakah orang dewasa dalam lingkungan
kesehariannya yang memberi contoh atau mengajarinya? Jika tidak ada, sungguh
menjadi tantangan besar dalam menjalani kehidupan berikutnya.
Mengajarkan
sholat dengan benar diwaktu kecil sangatlah penting sesuai hadist riwayat
Ahmad. Mengajarkan diwaktu kecil walaupun terkesan sulit, tetapi akan diingat
dalam waktu lama sebagaimana pepatah “Belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir
diatas batu”.
Bersambung
Bagian2
Oleh: M. Zaelani, S.S (Kepala Sekolah SDIT Salsabila 2 Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar