Minggu, 29 Januari 2012

Hafal Bacaan & Gerakan Sholat sejak Kecil

Hafal Bacaan & Gerakan Sholat sejak Kecil

“Ayah..... aku ikut ke masjid ya...”suara rengekan Faiz (usia 5 tahun)  kepada ayahnya. “Jangan dirumah saja, adik masih kecil, besok saja kalau sudah besar baru boleh ikut ke masjid” jawab ayahnya. Dihari berikutnya, Faiz (anak laki-laki) mengucapkan pertanyaan yang sama, “Ayah mau kemana?”. “Ayah mau sholat ke masjid” jawab ayahnya. “Ayah Aku ikut ya...” tanya Faiz. “tidak boleh, adik masih kecil”, jawab ayahnya. Dihari berikutnya Faiz melontarkan pertanyaan yang sama dan ditanggapi yang sama pula oleh ayanya, yaitu tidak mengizinkannya ikut ke masjid.

Kalimat jawaban yang diucapkan seorang ayah kelihatannya sepele tetapi mempunyai akibat yang besar terhadap perkembangan pola pikir anak dikemudian hari. Karena dengan pertanyaan sama yang selalu diulang dan mendapat respon yang sama (negatif) akan membawa pada pikiran anak menjadi berhenti bertanya yang berakibat pada bentuk perilaku. Maka, jangan salahkan anak jika diusia dewasa menjadi enggan atau bahkan malas ke masjid. Bisa jadi ini adalah satu tanaman yang pernah dilakukan orang tua tanpa disadari. Kita wajib berhati-hati dengan tutur kata terlebih perilaku ibadah.
 
Anak Usia Antara 4-6 Tahun
 
Pada periode ini, anak melakukan orientasi pada lingkungan sekitarnya dengan cara mengamati, menanyakan, dan terkadang langsung mencoba. Terkadang orang tua merasa capek menanggapi pertanyaan anaknya, yang menurut orang dewasa hal itu tidak perlu dipertanyakan, tetapi bagi anak itu sangat berharga dan hanya ingin mendapatkan respon positif dari orang dewasa disekitarnya. Oleh karena itu berikanlah pengalaman-pengalaman yang positif yang akan disimpan dalam memori anak untuk perkembangan berikutnya.
 
Anak Usia Antara 6-7 Tahun
 
Periode ini, anak perlu mulai diajarkan sholat sebelum dia masuk dalam koridor perintah dan larangan. Anak pada usia ini senang mengikuti tingkah laku orang tuanya, maka sebenarnya sangat mudah untuk menyuruh anak sholat jika tiap hari orang tuanya memberi contoh dan mengajaknya untuk sholat berjama’ah. Maka dari itu, kita harus menjadi panutan yang baik. Buatlah anak kita menyukai kita, niscaya dia pun akan menyukai tingkah laku kita.
 
Apabila anak melihat ibunya sedang menunaikan sholat, anda akan mendapati anak tersebut mengikuti ibunya. Maka dari itu hendaknya seorang ibu memotivasi anak agar menunaikan sholat.
 
Oleh karena itu, segala bentuk ibadah pada periode ini kebanyakan masih berada dibawah pengaruh taklid (ikut-ikutan) atau sekedar ingin didukung. Artinya anak sedang mendapatkan dukungan psikis dari orang dewasa, jadi anak pantas mendapatkan penilaian, pujian, dan bukan sebaliknya.
 
Sebagai contoh, terkadang kita menjumpai sebagian anak berpura-pura sedang menunaikan sholat ketika melihat ayah atau ibunya datang. Sebab anak itu tahu kalau ayah atu ibunya pasti senang melihat anaknya melakukan kebaikan. Dengan demikian orang tua perlu memberikan dukungan moral untuk anak. Jangan berpura-pura tidak tahu menahu tentang itu. Berikanlah sanjungan & pujian kepadanya serta berikan hadiah ataupun cenderamata.
 
Kaidah Syari’at telah menunjukkan tata cara mengajarkan anak beribadah. Hal ini seperti yang terdapat dalam sebuah hadist Rosulullah SAW. Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata Rosulullah SAW. Bersabda :
“ Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (kalau meninggalkan sholat dengan sengaja) ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka...” (H.R Ahmad)
 
Terkadang orang tua menganggap “tidak masalah” anak usia TK atau SD belum melaksanakan sholat. Rata-rata orang tua mempunyai anggapan hal tersebut biasa pada anak-anak karena belum tahu pentingnya sholat. Hal ini akan menjadi problem besar jika dibiarkan sejak dini tidak terbiasa melaksanakan sholat. Banyak murid-murid tingkat SMP/SMA bahkan Perguruan Tinggi yang beragama muslim tapi tidak melaksanakan sholat dengan tertatur, parahnya lagi “belum” hafal bacaan dan gerakan sholat.
 
Menjadi keprihatinan besar bagi keluarga muslim, yang anaknya sampai pada usia baligh tapi belum bisa dan belum terbiasa melaksanakan sholat lima waktu. Hal yang pertama kali dipertanyakan adalah adakah orang dewasa dalam lingkungan kesehariannya yang memberi contoh atau mengajarinya? Jika tidak ada, sungguh menjadi tantangan besar dalam menjalani kehidupan berikutnya.
 
Mengajarkan sholat dengan benar diwaktu kecil sangatlah penting sesuai hadist riwayat Ahmad. Mengajarkan diwaktu kecil walaupun terkesan sulit, tetapi akan diingat dalam waktu lama sebagaimana pepatah “Belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu”. 
Bersambung Bagian 2
Oleh: M. Zaelani, S.S (Kepala Sekolah SDIT Salsabila 2 Yogyakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kartini Day