GURU
YANG MEMOTIFASI
Pembelajaran efektif, bukan
membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan mudah dan menyenangkan. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan
motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun pengertian
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya "feeling" dan di
dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian ini mengandung
tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni motivasi itu diawali
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya "feeling", dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa
motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar.
Motivasi ada dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik ini timbul dari
dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan orang lain.
Sedangkan Motivasi Ekstrinsik ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa termotivasi untuk belajar dan melakukan suatu
aktivitas.
Bagi siswa yang selalu
memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru.
Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik.
Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan
guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang
tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah
membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan aktivitas belajar.
Ada beberapa strategi yang
bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai
berikut:
1. Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan proses belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa.
2. Hadiah,
berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Kompetisi,
guru berusaha mengadakan kompetisi di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4. Pujian,
sudah sepantasnya siswa yang berprestasi diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman,
hukuman diberikan kepada siswa yang melakukan kesalahan. Hukuman ini dilakukan
dengan cara-cara yang wajar sehingga tidak menimbulkan trauma bagi siswa, baik
mental maupun fisik, dan diharapkan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk semangat dalam belajar.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok.
9. Menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Meskipun
demikian, perlu disadari bahwa peran guru dalam memotivasi siswanya dari luar juga
setidaknya harus bisa menjamin bahwa siswa juga akan dapat menumbuhkan motivasi dari dalam dirinya.
Efek dari motivasi luar hanya bersifat sementara saja “Short-term learning”,
sehingga kurang mendukung “long-term learning”-nya yaitu suatu kondisi
pembelajaran yang prosesnya dimulai dari dirinya sendiri, sehingga akan sangat
kuat tertanam dalam ingatannya dan dalam waktu yang cukup lama. Inilah yang
menjadi pertanyaan saya, dan mungkin juga menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai
pendidik untuk bagaimana mendorong dan melatihkan siswa untuk memiliki “long-term
learning”, selain juga mereka menikmati proses pembelajaran itu sendiri.
Oleh:
Rini Widyastuti, S.Sos.I,
Staf
Pengajar SDIT Salsabila 2 Klaseman, Ngaglik, Sleman.